Kontribusi Aktor Internasional dalam Melawan Krisis Pangan di Kawasan Afrika

Nathania Aviandra
5 min readOct 16, 2020

Permasalahan krisis pangan menjadi salah satu isu utama yang menjadi perhatian dunia. Banyaknya permasalahan yang muncul di berbagai negara kawasan Afrika dari berbagai bidang seperti konflik, pendidikan, dan kesehatan membuat negara ini masih terbelakang dan membutuhkan bantuan dari berbagai negara. Krisis pangan yang terjadi akibat dari kurangnya ketersediaan pangan yang dimiliki oleh suatu negara dapat menjadi ancaman yang berdampak pada kehidupan masyarakatnya (security issue). Kemudian, kebanyakan dari penduduknya juga masih kurang merasakan dampak dari globalisasi sehingga kurang meratanya persebaran dalam bidang edukasi juga membuat negara ini masih membutuhkan bantuan. Dengan segala hambatan yang ada, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi geografis Afrika inilah yang sebenarnya menjadi penyebab utama negara tersebut mengalami berbagai permasalahan, terutama yang masih menjadi urgensi sampai saat ini yaitu kekeringan dan kelaparan.

Kasus kemiskinan yang terjadi di kawasan Afrika bukanlah suatu hal yang baru lagi. Sudah ada lebih dari setengah populasi penduduk Afrika hidup serba kekurangan. Terjadinya ketersediaan pangan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhannya berakibat pada kasus kelaparan masif. Terjadinya kekeringan parah di Somalia yang menyebabkan rusaknya lahan pertanian ini memicu kelangkaan pangan, sehingga mulai muncul akibat lain dari kelaparan masif yaitu beberapa kasus penyakit dan malnutrisi. Selain karena adanya kekeringan, terjadinya konflik akibat ketidakstablian politik dan ekonomi dikarenakan terjadinya perebutan sumber daya untuk dieksploitasi oleh kelompok-kelompok tertentu. Akibat dari ketidakstabilan ekonomi ini juga menyebabkan penduduk Somalia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangannya karena tidak memiliki penghasilan. Konflik inilah yang juga menyebabkan penduduk Somalia tidak memiliki distribusi pangan yang baik. Terlambatnya tanggapan dan tindakan awal dari African Union dalam penggalangan dana dan dunia internasional terhadap tanda-tanda kelaparan juga menyebabkan jumlah kematian yang cukup banyak. Seharusnya jika African Union lebih memperhatikan kondisi negara-negaranya, menyadari, dan merespon lebih awal, jumlah korban di Somalia dapat diminimalisir.

Namun, pada akhirnya kondisi ini berhasil diminimalisir karena tindakan presiden Somalia saat itu yang mengadakan kerja sama internasional.

Adanya upaya dari African Union dalam hal penggalangan dana dan melibatkan partisipasi dari berbagai negara dan pengerahan sumber daya. Selain itu, pemerintah Afrika meminta partisipasi organisasi di bawah naungan PBB yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) untuk melakukan intervensi di negaranya. FAO memberikan bantuan yang bersifat teknis seperti memberi keperluan produksi bahan pangan pertanian, menciptakan lapangan pekerjaan, dan perbaikan infrastruktur.[1] Kemudian mereka menjalankan kerja sama dengan African Union dibantu oleh WFP dalam memberikan bantuan kemanusiaan dalam bentuk program-program pangan yang diharapkan akan membantu penduduk Afrika untuk mendapatkan pangan yang layak.

Kerja sama Internasional dalam Penanganan Krisis Pangan di Somalia

Setiap negara pasti membutuhkan bantuan dari negara lain, sehingga mereka cenderung akan melakukan kerjasama dengan negara lain untuk mencapai absolute gain. Permasalahan yang timbul di era sekarang ini sudah bukan lagi dalam bentuk hard power seperti peperangan dan militer, tetapi salah satunya dalam bidang kemanusiaan seperti kekeringan yang mengakibatkan kelaparan massal yang terjadi di Afrika. Dalam menangani kasus ini, African Union menggunakan kerja sama internasional dengan aktor negara maupun non negara yang dalam kasus ini yaitu organisasi internasional seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan dibantu oleh World Food Programme (WFP).

African Union (AU) dalam Mengatasi Krisis Pangan

Kasus kelaparan massal yang terjadi di Somalia telah menjadi permasalahan yang membutuhkan solusi bersama. Pada saat itu, kebutuhan akan pangan, kesehatan, dan air bersih merupakan kebutuhan yang paling mendesak bagi masyarakat Somalia. Melihat hal tersebut, African Union berupaya mendonasi sekaligus menggalang dana bantuan untuk krisis pangan di Afrika khususnya Somalia, walaupun dana yang dikumpulkan belum mencapai target dan membutuhkan waktu yang cukup lama.[2]

Food And Agriculture Organization (FAO) sebagai badan pangan dunia yang telah berpengalaman dalam masalah pangan tentu ikut turun tangan dalam menanggulangi bencana kelaparan. Berbagai strategi dan upaya bersama World Food Programme (WFP) telah dilakukan terkait krisis pangan di Somalia ini. Memang kenyataannya, pada saat itu nasib penduduk Somalia bergantung pada bantuan-bantuan yang dilakukan organisasi internasional tersebut.

Food and Agricultural Organization (FAO) dan World Food Programme (WFP)

FAO sebagai bagian dari United Nations memimpin gerakan pengelolaan pemulihan untuk mengatasi masalah malnutrisi dan pertanian di Somalia. Organisasi tersebut berperan sebagai inisiator dan mediator dalam hal food security. Sebagai inisiator, FAO menjamin food availability yang berkualitas dalam pasokan produksi dan cadangan di pasar dengan ketersediaan makanan berserta gizi cukup, air bersih, kesehatan, dan sanitasi yang memadai.[3] Kemudian, FAO juga harus menjamin adanya food access dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan memperbaiki infrastruktur di Somalia seperti saluran irigasi dan akses pasar yang sebelumnya menjadi penghambat. Kemudian, FAO juga berusaha dalam pemulihan industri pertanian, selain memberi pengetahuan kepada para petani, FAO memberi bantuan bahan pangan kepada petani-petani dalam bentuk bibit jagung, gandum, serta pupuk.[4]

Selain menjadi inisiator, FAO sebagai mediator juga mengadakan kerja sama dengan African Union dalam hal humanitarian aid melalui program bantuan pangan dan lapangan pekerjaan. “UK SEED” merupakan salah satu program bantuan lapangan pekerjaan bagi para wanita Somalia terkait kerajinan tangan dari hasil sisa-sisa hewan ternak, sementara “Cash for Work” merupakan program lapangan pekerjaan agar penduduk Somalia memiliki pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pangan.[5]

WFP sebagai organisasi kemanusiaan dalam naungan FAO juga ikut berkontribusi memberi intervensi bantuan pangan darurat. Kerja sama yang mereka lakukan yaitu dalam bentuk program-program pengembangan penduduk Somalia dalam pemenuhan nutrition activities dan menjamin food security. UN WFP ini melakukan program Emergency Operation (EMOP) distribusi pangan dalam bentuk food basket dan vitamin setiap bulannya untuk mencegah malnutrisi terutama di sekolah, klinik, dan panti asuhan.[6] Kemudian, WFP juga mengadakan Special Operation dalam rangka pemulihan infrastruktur dalam mempermudah distribusi makanan melalui jalur laut.[7] WFP juga memberi bantuan berupa voucher senilai $80 kepada penduduk Somalia untuk memenuhi kebutuhan pangan.[8]Voucher ini diberikan terutama untuk para pedagang makanan karena peran mereka yang cukup signifikan dalam nutrition activities ini.

Terlambatnya tanggapan dan tindakan awal dari African Union dalam penggalangan dana dan dunia internasional terhadap tanda-tanda kelaparan juga menyebabkan jumlah kematian yang cukup banyak. Seharusnya jika African Union lebih memperhatikan kondisi negara-negaranya, menyadari, dan merespon lebih awal, jumlah korban di Somalia dapat diminimalisir.

[1] FAO, “Cash-for-Work in Somalia: Linking Relief to Recovery”, 1–3, Februari 2012, diakses dari http://www.fao.org/3/an491e/an491e00.pdf , pada 20 Mei 2020.

[2] UN News, “World must fund famine-wracked Somalia to prevent generation dying, UN warns“, 25 Agustus 2011, diakses dari https://news.un.org/en/story/2011/08/384912-world-must-fund-famine-wracked-somalia-prevent-generation-dying-un-warns , pada 21 Mei 2020.

[3] UN Africa Renewal, “Horn of Africa: tackling the evils of famine”, diakses dari https://www.un.org/africarenewal/web-features/horn-africa-tackling-evils-famine , pada 21 Mei 2020.

[4] Ibid. FAO, “Cash-for-Work in Somalia: Linking Relief to Recovery, hlm 2.

[5] Ibid. FAO, “Cash-for-Work in Somalia: Linking Relief to Recovery, hlm 3.

[6] WFP, “What the World Food Programme is Doing in Somalia”, diakses dari https://www.wfp.org/countries/somalia , pada 22 Mei 2020.

[7] WFP, “Somalia: An evaluation of WFP’s Portfolio (2012–2017)”, Volume I: 10, Februari 2018, diakses pada https://docs.wfp.org/api/documents/WFP-0000099880/download/ , pada 22 Mei 2020.

[8] Ibid. WFP, “Somalia: An evaluation of WFP’s Portfolio (2012–2017)”, hlm 10.

--

--